Silueeet: December 2015

Setiap orang pasti punya hari, tanggal, atau bulan yang mereka sukai, terlepas apapun alasannya. Ada yang suka bulan Maret karena bulan jadiannya, ada yang suka tanggal 25 dimana dia kehilangan laptopnya, ada pula yang sayang banget sama hari minggu sampai-sampai mencetuskan ide ‘tiap hari adalah hari minggu’, tolol. Begitu juga dengan gue. Desember.

Kali ini gue nulis cerita cengeng, tentang makna ‘desember’ buat gue.

Desember adalah nama bulan terakhir dari duabelas bersaudara. Tapi, buat gue, desember adalah ingatan. Ingatan tentang pertama kali gue punya adek, pertama kali gue diizinin maen hujan-hujanan walaupun dengan catetan gue harus pakek jas hujan iya-masa-kecil-gue-kejam, pertama kali beli sepeda pakek-duit-sendiri-hasil-nyopet-dompet-Emak, pertama kali ketemu doi, pertamakali pdkt, pertamakali nembak, dan pertama kali ngerti, ditolak itu sakit.

Nah, suatu malam di bulan desember, gue pergi ke kota sebelah dengan naik kereta. Sesampainya di stasiun kota tersebut, gue keluar dari kereta. Hujan turun.

Berjalan lambat menuju deretan kursi tunggu penumpang, gue buka tas ngambil jaket sepaket dengan earphone warna putih. Tubuh gue balut dengan jaket merah maroon dengan telinga berkabel, memutar lagu payphone. Gue duduk disana guna ~~menuggu hujan reda~~ menikmati hujan. Mata gue mulai menjelajah. Seketika gue menemukan sebuah gadis gak jauh dari tempat duduk gue yang terlihat seumuran atau mungkin lebih tua dikit dari gue, berdiri memegang hape dengan raut muka kesal tapi unyu. Berulang kali dia terlihat mencoba menelpon seseorang tapi gak ada jawaban. Dia kesal, kakinya menggencat manja, bibirnya manyun, dan sekejap doi diam manis, bengong memandang hujan. Menikmatinya. Kesurupan.

Satu jam bengong liatin hujan, doi ~~sukses kesurupan~~ nyoba telpon lagi. Seketika, ‘Kamu dimana?!!’ teriaknya memecah keramaian. Cepat doi menutup telponnya. Hening. Udara semakin dingin. Dan doi masih bertahan berdiri. Nggak lama kemudian datanglah sesosok pria berjaket hitam tebal sewarna dengan sarung tangannya, berhenti tepat didepan doi. Awalnya gue kira cowok ini tukang ojek sampai si doi teriak-teriak gak jelas, si cowok buka kaca helm memandangi doi, mulutnya bungkam. Sedangkan doi, masih tetap berdiri marah meneriaki cowok itu tanpa peduli semua orang melihatinya. Si cowok masih diam diatas motor. Lama, si doi-pun terlihat lemas, dan akhirnya diam. Melihat doi sudah tak bersuara, lirih cowok itu mengajaknya naik ke motor sejalan dengan dia merebut tas punggung doi dan dipakainya. Doi mematung, tatapannya masih tajam, tangannya mengepal kuat, dan tiba-tiba doi nonjok kearah muka si cowok. Sayangnya, pinggiran lantai itu basah dan licin, doi kepleset hampir jatuh, naas tonjokan kerasnya mengenai helm si cowok. Merasa malu dan gak terima, doi nonjok lemas dada cowok itu dengan tangan kirinya berulang kali. Tenang, si cowok menarik tangan kanan doi, perlahan melepas kepalannya, memijit manjakan, samar terdengar “masih sakit?”. Doi menggeleng lemas, menyeret kakinya naik ke motor, tanda menyerah. Mesin dinyalakan, dan perlahan mereka menghilang.

Kalian mungkin gak ngerti apa maksud dari cerita diatas, begitu juga dengan gue. Sampai sekarang-pun, gue nggak tahu kenapa gue pengen nulis cerita ini. Cuma, ada beberapa hal yang sekarang gue ngerti..

Cewek kalo lagi marah pantatnya bisulan. Gak doyan duduk.
Jangan pernah marahan sama cewek di tempat-tempat umum. Percaya, kalian bakal jadi tontonan sinetron live action gitu. Parahnya, si cowok yang bakal disangka musuhnya.
Lu, telat jemput cewek-lu, tamat.
Kalo lu emang telat, pastiin lu udah makek helm.
Kadang, ketika cewek sedang marah, ngeluh, kesel. Mereka hanya ingin didengarkan. Ini kalimat bijak.
Hadapi cewek-lu dengan tenang. Percaya, kalo lu hadapi dengan marah, dipastiin lu bakal percaya kalo kyubi itu benar adanya.
Mulai sekarang lu ajarin cewek-lu gimana caranya naik ojek, bus, atau taksi dengan benar. Ini akan menyelamatkan hidup mu.

Ini bukan tentang bagaimana ceritanya, apa menariknya, apa tujuannya. Tapi ini tentang, bagaimana rasanya. Apa selanjutnya?

0Comments

, by Silueeet

Minggu UAS (Antara Ajal dan Kopi)

...

Minggu UAS

Baru kemaren rasanya gue nulis Minggu UTS dan sekarang gue udah nulis Minggu UAS. Waktu memang cepat berlalu. Seperti janji manis yang terucap dari bibirmu.

Belum selesai meratapi minggu UTS tanpa catetan, kini gue sudah meratapi minggu UAS tanpa catetan.

UAS tanpa catetan, menuntut gue seminggu ini belajar bersama dengan orang-orang yang kemaren lagi (ditambah satu cewek dan beberapa anak serigala) dan selama seminggu ini gue dipaksa buat begadang guna belajar. Serius, belajar.

Ada dua hal yang sebenarnya tidak patut gue ceritakan malam ini, tentang apa yang terjadi selama satu minggu kemaren. Adalah Ajal dan Kopi.

Pertama, gue bahas Ajal.

Ajal adalah sebuah singkatan sinetron berjudul Anak Jalanan yang selama seminggu ini menjadi awalan dari proses belajar bersama ini. “Ih gara-gara UAS aku gak nonton Ajal leeh” “Eh kemaren gimana ceritanya, aku ketinggalan hiks” “Hii, Boy kemaren kok keren” “Pokoknya abis UAS aku mau nonton Boy di yutub, ngejar ketinggalan gitu” “Hih, aku benci sama Adriana, titik” “Kemaren si Boy maen tinju gitu, terus teler” “Gak kok. Orang kemaren Boy teler dulu baru maen tinju!” Oke yang terakhir gue yang ngomong. Kumpul di rumah Jepak jam 7 malem. Belum sempet buka tas, dua manusia cewek ini sudah membuka bahasan tentang Ajal.

Gue gak masalah kalo mereka membahas tentang apa yang mereka sukai. Tapi please, gak usah sampai 20 episode sekaligus tiap kali pembahasan. Pembahasan Ajal ini memakan waktu senormal-normalnya cuma 2 jam, itu-pun belum yang ada di ujung acara belajar bersama ini. Biasanya belajar bersama ini berakhir di jam 11 malam.

Jadi sekarang pikir. Dari jam 7 sampai jam 9 adalah pembahasan Ajal, jam 9 sampai jam 10 adalah proses membuka tas beserta mencari alat tulis yang gak jarang ilangnya, baru mau buka buku eh ada yang cletuk “palingan besok Boy bakal naik motor nyebrangin lautan...” dan tiba-tiba jam 11 malam.

Yah, sekarang lu tau-kan apa yang selama seminggu ini gue sebut belajar bersama. Sialan.

Kedua, adalah kopi.

Begadang sampai jam 11 bahkan kadang sampai jam 12 tidaklah luput dari jasa kopi yang membuat gue gak kenal ngantuk. Selama seminggu ini gue bergantung pada kopi. Minum kopi hangat di cuaca yang mulai dingin ini adalah suatu senyawa yang mutlak enaknya.

Sayangnya, itu hanya selama dua hari pertama. Memasuki hari ketiga, gue mulai aneh. Berawal dari jam BAB gue jadi telat 1 jam 45 detik dari sebelumnya.

Masuk hari keempat, tiap pagi mata gue pedes dan merah gak seperti biasanya gini, dan ditambah bau kencing gue jadi bau kopi gitu. Masuk hari kelima dan keenam jadi makin parah, gue jadi jarang BAB, ketiak gue mulai bau kopi dan kalo hari semakin siang ketiak gue jadi bau luwak. Ini ngganggu banget, mengganggu proses pdkt gue sama doi tiap kali gue nyamperin doi cuma buat nanya “Eh, besok masih pakek pensil 2B gak?” kadang-otak-gue-kelewat-pinter.

Masuk hari ketujuh toilet, baju, kamar, tangan, kuku, rambut, semuanya bau kopi. Kecuali, celana dalam gue, baunya luwak, gue gak tau kenapa.

Ini horor banget, gue kasian sama ginjal gue, kamar gue jadi kayak kandang luwak untungnya gue gak PUP disitu, tubuh gue bau kopi. Ini menjadikan gue males buat mandi. Kenapa? Karena udah wangi. Gak, pokoknya ini horor.

Setelah minggu UAS selesai, gue dianjurkan sama Emak buat minum air putih sebanyak-banyaknya. Dan gue mulai puasa kopi. Tapi, gue rasa ini gak bakalan berhasil, deh.

Ucapan terimakasih buat El “Thank’s El, buat Ajalnya.”

0Comments

, by Silueeet

Pages

Bosan

Desember

Minggu UAS (Antara Ajal dan Kopi)

Blog Archive

About Peb

VSCO

Manusia Kece

Popular Posts