Di Tengah Tidak Selamanya Benar

May 13, 2017

...


Apa jadinya kalau gue mencoba melindungi dua kubu dengan maksud agar keduanya berdamai, setidaknya perseteruan mereka tidak semakin parah, tanpa gue memihak salah satunya? Mencoba menengahinya?



Bagaimana jadinya?


Jadinya, adalah gue yang-pada-akhirnya akan disalahkan oleh kedua kubu tersebut. Gue adalah orang yang akan dikambing-hitamkan.

Tidak cukup hanya itu,

Ada yang lebih parah.


Gue, kehilangan-semuanya.



YA, semuanya, kedua kubu itu, yang gue coba melindunginya agar tidak saling berseteru, malah sekarang menjauhi gue. 

Idealis!

Naif!

Serakah!

Lo gabisa mendapatkan semuanya! Keduanya!
Yang ada lo kehilangan semuanya!

...

Benci adalah benci. 

Hanya butuh dua influencer dalam sebuah kubu untuk memulai kebencian.
Jika dalam sebuah kubu tersebut ada satu orang yang tidak ikutan membenci, maka dialah yang akan dibenci, dengan dahlil penghianat.

Mereka bilang MENUSUK dari belakang.

Padahal apa yang lo lakuin? Diam.

Hanya diam, membuat lo diberi label "SANG penghianat yang menusuk dari belakang."
Lalu mereka mencari-cari fakta dari jaman tahu krispi hingga jaman tahu bulat untuk membenarkan bahwa lo itu bersalah. Ketemu satu dua fakta yang menunjukan perbuatan lo kontra dari mereka, maka resmi lo adalah orang yang PATUT disalahkan atas apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi. 

Hebat.


Diam tidak selamanya emas. Terkadang lebih hebat, kan?.


Lalu, tiap hari lo akan disindir, dan dicari-cari.
Jika sedetik saja lo gak ada, maka lo punya label baru lagi "sombong".

Salah satu dari mereka "Kenapa sih diem doang?" "Ayok dong ngomong, kasih kita penjelasan"

Menuntut sebuah penjelasan katanya.

Tapi yang gue lihat adalah mencari kesalahan.

Walaupun sekarang gue sedang berbicara jujur dan tulus, mereka tetap akan melihatnya sebagai alasan belaka.
Satu kalimat penjelas dari gue mampu membuat semua orang keluar dari gua-nya, untuk beramai-ramai menyalahkan gue. Kompak.

Membenci itu menyenangkan.

Apalagi, rame-rame.

Keadaan seperti ini adalah keadaan dimana semakin kita menjelaskan kebenaran yang ada, semakin hebat pula kita dipukuli.

Solusi?

Tidak ada solusi.

Cepat atau lambat, mereka butuh gue.

Lo tau apa yang akan terjadi selanjutnya kan?


Dari sini, lo tau dari mana lahirnya label "sang penjiat".

You Might Also Like

0 komentar