Gue dan Liburan

January 11, 2014

...

2 minggu liburan, gue sukses hibernasi.
Kalo liburan identik dengan jalan-jalan keluar kota atau keluar dunia, beda buat gue. 
Buat gue, liburan identik dengan ‘membusuk’.

Iyah, 
membusuk dalam artian jarang mandi, hidup dikamar, jarang kena sinar matahari (tapi gue tetep item), jarang makan, ngetik cerita alay, dengererin lagu-lagu kobokansenior (yang Eahh..eaah.eaah itu), dan terbit status “aduh Mesir dingin yah, wah enaknya minum cendol di Paris, duh kehujanan di Bulan, (atau) ngupil di puncak Everest rasanya Greget gilak”. 
Itu semua gue lakuin selama dua minggu. Alhasil, saat gue masuk sekolah, semua temen gue kaget. Kaget melihat bentuk gue. 
Gue jadi kurus, tetep item, kering, bau, dan jomblo. 
Hari pertama sekolah, gue sukses ganti nama “Pebi, si Jomblo BUSUX”. Nama yang glamour.

Walaupun sering membusuk di kamar, 
gue juga sesekali menerima ajakan temen-temen gue. 
Ada yang ngajakin ke kali, ke alun-alun, ke pengadilan, 
ke warnet, ngajakin jalan ke Jogja (Iyah, JALAN), tapi gak ada satupun yang ngajakin jadian.

Dari berbagai macam ajakan, ada yang menarik.
Ini ajakannya anak-anak ‘macho’ yang beruntung kenal gue sejak SMP. Sebut mereka Rakaiyam, Adi-tit, Rezacuwk, dan Fikri (biasa di panggil Jambo si anak Jamban). 
Mereka ngajakin gue hangout malem. Layaknya di film Twillight, kamilah korban penghisap darah yang tergeletak dipinggir jalan tanpa busana dengan tubuh penuh coretan nomor telepon, alamat FB dan Twitter, dengan pesan pengantar “Gue JOMBLO !”. 
Dengan begitu, gak ada orang yang sudi menolong kami.

Kami pergi ke sebuah alun-alun didaerah Stadion Mandala, dengan tujuan makan nasi goreng. (perjalanan kira-kira 45 menit).
Sebelum memasuki alun-alun, gue sudah disajikan dengan pemandangan orang berpelukan, bertanda pacaran. Firasat gue jadi gak enak.
Semakin memasuki alun-alun, gue jadi sering lihat orang berpelukan, bertanda pacaran. Firasat gue bener, gue di bully.
Iyah, gue satu-satunya jomblo disini. Di alun-alun.

Pemandangan mulai menjadi-jadi di tengah alun-alun. 
Gue melihat banyak orang grepe-grepe, cabe-cabean berak, upil beserakan, dan ada alien yang menyendiri tak kuasa menahan bully (baca: GUE).
Dikarenakan terlalu banyak cabe-cabean disekitar nasgor, kami memutuskan buat pindah tempat.
Kami pindah ke nasi goreng deket rumah gue. Bodohnya kami.

Setelah haha-hehe sekitar 3jam dengan perut 'mama minta makan'. Sampailah kami disebuah kedai nasi goreng, namanya “Nasi Goreng The Legend of A’ang”. 
Seperti di serial Avatar, A’ang disini juga nyaris botak. Bedanya, dia pengendali spatula.
Masakan Mas A’ang lumayan enak, lumayanlah buat bikin sariawan.

Lengkaplah liburan gue. Bau, kusut, kering, tetep item, masuk angin, sariawan, dan jomblo.

Jadi intinya, kalo lo ngidam nasi goreng, jangan jomblo !

You Might Also Like

0 komentar