Hey.
January 14, 2017
...
Prologue;
Hey..
It's been two years since we're together..
Waktu gue masih doyan rental
PS bareng temen-temen.
Rame-rame.
.., biar bayarnya patungan.
hehe.
Rutinitas gue dulu ngga lebih dari sekedar sekolah-PSan-tidur-ulangi. Tiap
hari gitu mulu, seolah kehidupan gue berjalan dengan damai dan sejahtera.
Hingga..,
di suatu mata pelajaran, gue dikasih
tugas kelompok, bikin film. Dan, disinilah gue mulai deket dia. Cie.
Jadwal tugas film ini cukup padet.
Perlahan
pasti, gue mulai meninggalkan rutinitas kehidupan yang nyaman dulu. DAN, membuat
gue mulai deket dengan seseorang, membuat gue masuk ke kehidupan dia.
Tiga bulan bikin film, hampir tiap hari kami
ketemu.
Dari yang tadinya cuma ngobrolin seputar tugas, jadi ngobrolin hobi
masing-masing. Yang tadinya cuma ngechat tanya tugas, sekarang jadi ngechat
tanya udah makan belum.
Tanpa sadar, dia menjadi rutinitas baru gue. Cie.
Pendek cerita, tugas bikin film berhasil
dikumpulkan dengan selamat. Tapi rutinitas baru itu malah jadi lebih serius.
Perlahan, gue merasa nyaman.
Dan mungkin dia juga merasa demikian.
Hari-hari berlangsung sama. Siang ketemu
ngobrol, malemnya chattingan sampe lupa tidur.
Hasilnya, tiap hari bangun-bangun
mata merah, berangkat sekolah sempoyongan, nyampe kelas bukannya belajar malah
bobok.
Dia sukses ngubah gue.(Yang ini kayanya gausah di-cie-in).
Kedekatan kami sangatlah
ketara, dan kami-pun ngga mencoba buat menutup-nutupinya.
Gosip-pun banyak
beredar. Kami menjadi bahan pembicaraan hangat. Tapi, ngga ada satu dari kami
yang merasa terganggu dengan ini.
Yah, gosip adalah gosip. Hanya sebuah kabar
tanpa kepastian.
Sama persis dengan hubungan kami, tanpa kepastian.
Kedekatan kami kaya ngga
punya tujuan.
Hubungan kami-pun masih sebatas teman. Ibarat skripsi, hubungan
kami terus bertahan di bab 1, ngga ada perkembangan. Malah, banyak revisinya.
Kenapa begitu?
Karena gue adalah manusia yang percaya bahwa pdkt adalah masa terindah
dari sebuah fase hubungan. Dan, gue juga percaya bahwa jadian akan mengubah
keindahan tersebut.
alesan.
Ya. Gue cuma beralasan.
Fakta sebenarnya adalah gue takut. Untuk memulai bab 2.
Karena gue rasa ini semua
sudah cukup.
Bisa tiap saat bercanda, berbagi hobi, ketawa bareng dia, itu sudah cukup
buat gue. Cukup bikin gue seneng.
Dan, gue pikir hubungan kami
berjalan dengan baik.
Mungkin.
Sampai suatu ketika,
dia berubah.
Dia berubah menjadi seseorang yang ngga gue kenal. Bahkan, menghilang tanpa
kabar. Seolah dia kabur dari gue, berusaha buat sembunyi dan ngga mau gue temukan.
Tanpa adanya penjelasan. Gue ngga ngerti apa yang sebenernya terjadi.
Disitu, gue mencoba tetap berpikir positif.
Ibarat kata, gue masih mencoba bertahan di suatu tempat yang sama, nunggu dia balik kesini lagi. Nunggu dia pulang.
Tapi ternyata.., dia pergi begitu lama.
Membuat gue
mulai bertanya, mulai mencari.
Gue selalu berpikir bahwa
hubungan kami berjalan dengan baik. Dan akan selalu baik.
Gue merasa sudah cukup seneng bisa berteman
dan sedeket ini sama dia. Sampai pada akhirya dia pergi. Gue menunggu. Berpikir bahwa gue cukup kuat buat bertahan. Hingga suatu hari, gue denger kabar bahwa dia punya
cowo.
Timbul suatu perasaan aneh di diri ini, yang gue sendiri ngga
pernah rasain sebelumnya. Gue ngga ngerti. Gue merasa sedih, bersalah, marah, dan yang jelas gue
merasa bahwa ada sesuatu yang hilang dari gue. Sesuatu yang ngga mungkin bisa
gue ganti dengan apapun.
Tapi, gue tetap bertahan disini. Menampar semua
berita jahat itu.
Mencoba untuk mengabaikan rasa sakit.
Kenapa?
Karena gue
sayang. Bodoh.
Kenyataanya,
rasa sayang memang membuat orang terlihat bodoh.
DAN, ternyata, gue punya batas.
Disuatu titik, gue mulai merasa gabisa bertahan
lagi, gue udah muak. Gue memutuskan untuk mengakhiri semuanya.
Gue sadar, bahwa ada kehidupan
yang harus terus berjalan, ada bumi yang terus berputar, ada blog yang perlu
diisi, dan masih ada tugas yang dikejar deadline. Gue akan pergi.
Gue berteriak, bahwa hidup gue bukan hanya sekedar tentang dia.
Dia hanya sebuah tokoh cerita yang beruntung ada di dalam salah-satu bab cerita
hidup gue. Hanya ada dalam satu bab.
Mungkin?.
Atau,
bisa jadi dia akan muncul
kembali di ending cerita hidup gue?
Gue ngga berharap.
Epilogue;
Sampai sekarang gue belum pernah menyatakan perasaan gue kepada
dia. Yah, silahkan panggil gue si pengecut. Dari awal, gue emang sudah nyaman dengan
apadanya kami. Jadi, gue ngga menuntut, ngga kurang ngga lebih. Cukup kami.
Satu hal, *jangan pernah
merasa rugi telah memilih untuk pergi dari orang yang membuat lu terluka.
Disitu, lu menemukan sebuah jawaban bahwa Tuhan telah menyiapkan seseorang yang
lebih baik diantara yang terbaik, untuk lu, suatu saat nanti.
Jodoh itu gak bakal
ketuker.
Dan, lu perlu inget, rencana Tuhan emang misterius,
tapi gak pernah
gagal indah.
Kata penulis;
*Quote akhir, remake dari salah satu postingan promosi OA oleh OA lain di
Line, yang ngga sengaja gue liat di TL, pas banget waktu gue nulis postingan ini. Well, Makasih OA, maaf gue lupa nama lu.
Kalo kita ketemu lagi, ntar gue add.
Hello 2017 baru bakal dipost sekitar tiga-empat hari kedepan.
Tetap bertahan yah..
0 komentar